Quick Count atau hitung cepat adalah metode penghitungan suara pemilu yang dilakukan secara cepat dan tidak resmi oleh lembaga survei. Quick count bukan hasil resmi KPU, melainkan proyeksi hasil pemilu berdasarkan sampel data dari sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Tujuan Quick Count:
- Memberikan informasi awal kepada publik tentang hasil pemilu secara cepat.
- Membantu masyarakat dalam memprediksi hasil pemilu sebelum hasil resmi diumumkan oleh KPU.
- Menjadi alat kontrol dan monitoring terhadap proses penghitungan suara resmi oleh KPU.
Metodologi Quick Count:
- Penentuan Sampel TPS: Lembaga survei memilih sampel TPS yang representatif dari seluruh wilayah pemilu.
- Pengumpulan Data: Petugas survei di lapangan mencatat hasil penghitungan suara di TPS yang telah dipilih.
- Pengolahan Data: Data yang dikumpulkan diolah menggunakan metode statistik untuk menghasilkan proyeksi hasil pemilu.
- Penetapan Margin of Error: Quick count memiliki margin of error atau tingkat kesalahan yang bisa ditoleransi, biasanya sekitar 1%.
Lembaga Survei Quick Count:
Di Indonesia, terdapat beberapa lembaga survei yang kredibel dan sering melakukan quick count, antara lain:
- LSI Denny JA
- Indo Barometer
- Charta Politika
- SMRC
- Poltracking
- Voxpol
Perbedaan Quick Count dengan Real Count:
- Real Count: Hitung resmi hasil pemilu yang dilakukan oleh KPU berdasarkan penghitungan suara di seluruh TPS.
- Quick Count: Hitung cepat hasil pemilu yang dilakukan oleh lembaga survei berdasarkan sampel data dari sejumlah TPS.
Penting untuk diingat jika Quick count bukan hasil resmi KPU.Quick count memiliki margin of error. Gunakan quick count sebagai informasi awal dan prediksi hasil pemilu. Hasil resmi pemilu adalah hasil real count yang diumumkan oleh KPU.
Bottom Line:
Quick count merupakan metode penghitungan suara pemilu yang cepat dan tidak resmi. Quick count dapat memberikan informasi awal kepada publik tentang hasil pemilu, namun perlu diingat bahwa quick count bukan hasil resmi KPU.
Image by Freepik